George Hogg adalah seorang jurnalis muda berkebangsaan Inggris yang hidup pada masa perang dunia II yang pergi ke cina untuk mendapatkan informasi berita yang mana disana sedang terjadi invansi militer yang dilakukan oleh jepang. Tujuan utama kepergian hogg ke cina adalah untuk mendapatkan berita tentang situasi sebenarnya yang terjadi disana karena terkesan ditutup-tutupi oleh pihak Jepang pada tahun 1937 hogg tiba di cina dan perjalanan hogg di Cina tidaklah mudah, agar keberadaannya sebagai jurnalis tidak diketahui oleh pihak jepang maka ia harus menyusup diam-diam dan menyamar sebagai pekerja sosial Palang Merah di Nanjing, George Hogg merupakan seorang saksi dimana ia melihat ribuan orang Cina ditembaki dan dibakar tentara Jepang. namun pada akhirnya Hogg ditangkap oleh tentara Jepang lantaran tertangkap basah memotret pembantaian penduduk Nanjing oleh tentara negeri Matahari Terbit tersebut.
Pihak jepang pun marah dan karena takut berita tersebut bocor keluar maka hogg diputuskan untuk dieksekusi, namun sebelum akhirnya dieksekusi, Hogg diselamatkan oleh Jack Chen, seorang pejuang kemerdekaan asal faksi komunis. Namun Hogg terluka dan Karena keselamatannya terancam, Hogg diasingkan oleh Jack ke wilayah Huang Shi, sebuah tempat damai di pedesaan. Huang Shi menjadi tempat penampungan anak-anak yatim piatu korban perang yang dijalankan oleh seorang perawat dari amerika, Lee Pearson. Di panti asuhan hogg pun ikut berperan membantu lee menyembuhkan 60 anak yatim piatu yang terserang penyakit, terlebih Kondisi anak-anak korban perang ini sangat mengkahwatirkan, mereka kelaparan, mudah terserang penyakit, di setiap minggunya selalu ada yang meninggal. Anak-anak yatim piatu tersebut merupakan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka akibat dari perang serta konflik yang terjadi di cina, bahkan tidak sedikit dari anak-anak tersebut yang dipaksa menyaksikan sendiri ayahnya dibunuh, ibu serta kakak perempuannya diperkosa dahulu sebelum akhirnya dibunuh juga oleh tentara Jepang. Sebelum Hogg datang, hanya ada seorang nenek tua yang selalu mengurusi anak-anak itu. Perlahan Hogg merubah keadaan itu, dia mengajari anak-anak itu membiasakan hidup sehat, berkebun hingga tidak lagi kelaparan, menimbulkan semangat hidup yang sudah lama tenggelam sehingga pada akhirnya penampungan itu dipenuhi senyum dan keceriaan.
Namun suatu ketika keberadaan anak-anak yatim tersebut terganggu oleh kedatangan tentara faksi Nasionalis yang ingin memaksa anak-anak lelaki yatim itu menjadi tentara untuk melawan Jepang. Untuk menghindari pemaksaan itu, Hogg, Lee dan anak-anak tersebut harus melakukan perjalanan panjang yang melintasi daerah pegunungan bersalju Liu Pan Shan ke daerah aman dekat perbatasan padang pasir Mongolia.
George Hogg terpaksa mengajak anak-anak itu mengungsi sejauh 700 mil (1,100 km) dari Huang Shi menuju tempat yang baru karena tempat bermukim mereka akan segera dijadikan base camp oleh tentara nasionalis Cina. Dengan berjalan kaki selama kurang lebih 3 bulan, mereka harus melewati pegunungan tinggi,bertahan melawan dinginnya badai salju hingga akhirnya mendapatkan bantuan pinjaman truk dari pemerintah nasionalis Cina saat harus melalui gurun pasir kering sebelum sampai ditempat tujuan yang lebih baik seperti yang pernah dijanjikan oleh Hogg pada anak anak tersebut.
Long march yang begitu mengagumkan itu pun akhirnya menjadi penutup dari kisah pengabdian serta perjalanan hidup George Hogg. Karena begitu kelelahan dan akibat serangan penyakit yang cukup parah, akhirnya pada tanggal 22 juli 1945 George Hogg meninggal dunia karena penyakit tetanus, ia meninggal dunia tidak lama setelah 3 hari ia sampai ditempat pengungsian baru tersebut. Kata kata terakhir yang diucapkan George Hogg adalah, ”I was very lucky”… :berduka :mewek
Pihak jepang pun marah dan karena takut berita tersebut bocor keluar maka hogg diputuskan untuk dieksekusi, namun sebelum akhirnya dieksekusi, Hogg diselamatkan oleh Jack Chen, seorang pejuang kemerdekaan asal faksi komunis. Namun Hogg terluka dan Karena keselamatannya terancam, Hogg diasingkan oleh Jack ke wilayah Huang Shi, sebuah tempat damai di pedesaan. Huang Shi menjadi tempat penampungan anak-anak yatim piatu korban perang yang dijalankan oleh seorang perawat dari amerika, Lee Pearson. Di panti asuhan hogg pun ikut berperan membantu lee menyembuhkan 60 anak yatim piatu yang terserang penyakit, terlebih Kondisi anak-anak korban perang ini sangat mengkahwatirkan, mereka kelaparan, mudah terserang penyakit, di setiap minggunya selalu ada yang meninggal. Anak-anak yatim piatu tersebut merupakan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka akibat dari perang serta konflik yang terjadi di cina, bahkan tidak sedikit dari anak-anak tersebut yang dipaksa menyaksikan sendiri ayahnya dibunuh, ibu serta kakak perempuannya diperkosa dahulu sebelum akhirnya dibunuh juga oleh tentara Jepang. Sebelum Hogg datang, hanya ada seorang nenek tua yang selalu mengurusi anak-anak itu. Perlahan Hogg merubah keadaan itu, dia mengajari anak-anak itu membiasakan hidup sehat, berkebun hingga tidak lagi kelaparan, menimbulkan semangat hidup yang sudah lama tenggelam sehingga pada akhirnya penampungan itu dipenuhi senyum dan keceriaan.
Namun suatu ketika keberadaan anak-anak yatim tersebut terganggu oleh kedatangan tentara faksi Nasionalis yang ingin memaksa anak-anak lelaki yatim itu menjadi tentara untuk melawan Jepang. Untuk menghindari pemaksaan itu, Hogg, Lee dan anak-anak tersebut harus melakukan perjalanan panjang yang melintasi daerah pegunungan bersalju Liu Pan Shan ke daerah aman dekat perbatasan padang pasir Mongolia.
George Hogg terpaksa mengajak anak-anak itu mengungsi sejauh 700 mil (1,100 km) dari Huang Shi menuju tempat yang baru karena tempat bermukim mereka akan segera dijadikan base camp oleh tentara nasionalis Cina. Dengan berjalan kaki selama kurang lebih 3 bulan, mereka harus melewati pegunungan tinggi,bertahan melawan dinginnya badai salju hingga akhirnya mendapatkan bantuan pinjaman truk dari pemerintah nasionalis Cina saat harus melalui gurun pasir kering sebelum sampai ditempat tujuan yang lebih baik seperti yang pernah dijanjikan oleh Hogg pada anak anak tersebut.
Long march yang begitu mengagumkan itu pun akhirnya menjadi penutup dari kisah pengabdian serta perjalanan hidup George Hogg. Karena begitu kelelahan dan akibat serangan penyakit yang cukup parah, akhirnya pada tanggal 22 juli 1945 George Hogg meninggal dunia karena penyakit tetanus, ia meninggal dunia tidak lama setelah 3 hari ia sampai ditempat pengungsian baru tersebut. Kata kata terakhir yang diucapkan George Hogg adalah, ”I was very lucky”… :berduka :mewek
Spoiler for kisah:
Hogg dimakamkan di cina, nisannya di ukir dengan sebuah puisi favoritnya… And life is colour and warmth and light
And a striving evermore for these
And he is dead who will not fight
And who dies fighting has increase
Julian Grenfell
Hogg tidak pernah bisa melihat akhir dari perang cina, dengan menyerahnya jepang satu bulan setelah ia meninggal. Sesuatu yang sungguh menyedihkan dan ironis mengingat betapa hebatnya pengorbanan hogg untuk anak-anak cina.
And a striving evermore for these
And he is dead who will not fight
And who dies fighting has increase
Julian Grenfell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar